Saya Alya.
Inilah perkenalan awalku dengan keluarga ayahku. Mereka akan menjadi keluarga terdekat ku saat ini karena aku akan tinggal bersama mereka. Meskipun agama yang kami anut berbeda. Tapi, karena tekad bulat beliau yang meng inginkan aku dapat melanjutkan sekolah menengah, akhirnya diputuskanlah aku harus tinggal bersama adik ayahku yang tinggal di kota karena di kampungku tidak ada SMA, hanya ada SD dan SMP yang gedungnya pun hampir roboh.
Ayahku seorang muallaf. Dari keluarganya yang beragama katolik, hanya beliau yang mendapatkan hidayah tuk mengenal cahayaNya. Adik Ayah ku seorang katolik taat namun sangat menghormati Islam. Untuk itu, Ayah meminta paman tuk bersedia menjaga ku selama aku melanjutkan sekolah di kota. Sehingga aku pun tinggal bersama keluarga paman beragama katolik. Pamanku memberi kebebasan padaku untuk menjalankan kewajiban agama ku. Tapi, istri pamanku seorang katolik yang kurang menyukai islam. Pamanku yang tidak memiliki kekuatan pada istrinya tidak dapat membelaku saat istrinya meminta ku untuk menyembunyikan keislamanku karena di rumah, bahkan di komplek perumahan mereka hanya aku yang islam. Ya Allah, kuatkan hambaMu.
Aku memang belum berjilbab tapi aku selalu menggunakan pakaian yang menutup seluruh tubuhku. Sehingga identitas keislamanku akhirnya terembunyi dengan rapi. Kini, kehidupan ku jauh berbeda. Tiada lagi suara salam, tiada lafaz bismillah saat memulai sesuatu,tiada suara azan, gerakan shalat bahkan lantunan ayat al-qur’an. Itu semua hanya irama hati yang tiada terdengar oleh siapa pun kecuali aku. Tapi ku tetap bersyukur karena aku diberi keleluasaan menjadi seorang muslimah di sekolah ku. Ku bebas melafazkan asmaNya dan menggerakkan tubuhku untuk menjalankan kewajiban shalat. Namun teman –temanku mayoritas non muslim. Sehingga tiada yang menguatkan ku kecuali saat mata pelajaran agama di sekolah. Tapi itu hanya 2 jam dalam satu minggu. Ya Allah bantulah hamba Mu….
Lembaran kehidupanku tetap tiada ku rasakan kemanisan. Keislamanku mulai mengabur. Tiada yang memberi sokongan keimanan ku. Aku begitu lemah. Patung dan poster yesus tertata rapi di kamar ku semakin membuatku hanyut. Lantunan pujian gereja memenuhi telinga dan fikiranku setiap pagi. Tak dipungkiri beberapa lagu itu telah ku hapal dengan baik. Tiada yang mampu ku lakukan selain berdo’a dan giat belajar agar ku cepat kembali ke kampung halaman.
Enam bulan telah ku jalani kehidupan di dunia yang berbeda. Hingga akhirnya iman ku terlepas satu per satu dari ikatan nya. Shalat ku hanya tinggal maghrib. Ku sebut asmaNya hanya ada saat memulai tidur. Lantunan ayat al-qur’an hanya ada dalam shalat yang tinggal satu dalam hidupku. Puncak kelemahan imanku adalah aku pun berpacaran dengan teman sekolah dan dia seorang nonmuslim. Kegalauan hati akan dosa dan kehinaanku selalu terjadi setiap malam. Kerinduan ku pada kehidupan yang dulu terlukiskan dalam mimpiku. Lantunan tasbih berseling istighfar meloncat deras dari mulutku. Tapi itu semua hilang saat pagi menyeruak dari jendela kamarku.
***
Do’aku di kabulkan. Allah mengirimkan pertolonganNya padaku. Tepat pada minggu pertama ku di kelas 2, ku bertemu dengan seorang akhwat . Hijab yang rapi sangat rapat menutup seluruh tubuhnya. Dan kini ia berada tepat di samping ku, ,mengulurkan tangan seraya melafaskan salam yang telah lama ku rindukan.
“Assalamu’alaikum…
Suaranya terdengar tegas namun sangat lembut menyentuh hatiku yang merindu. Tangan itu mulai menggenggam erat ,hingga akhirnya ku mengenal pembaharu hidupku. Azkia.
Gerakkan tubuhnya, tatapan mata, tutur katanya membuat ku nyaman bersamanya. Hingga tanpa pertimbangan apa pun ku menceritakan semua yang terjadi padaku selama satu tahun ini.
Ya Allah, ia menangis dengan semua kehancuranku. Aku pun tak dapat menahan tangis ku. Ya Allah perasaan apa yang mengaduk-aduk hatiku ini…. Sejenak ia diam. Berusaha mencari sesuatu dalam alam sadarnya…… dan akhirnya….
Ahlan wa sahlan ukhty…..
Ya Allah, telah lama aku berada di sekolah ini, tapi mengapa baru sekarang aku mengetahui bahwa di sekolah ku ada pembinaan islam. Tapi ini lah rencana Mu ya Allah bagiku.
Jiwa kun seakan terlahir kembali dari rahim suci. Kerinduan yang selama ini menyelimuti mulai berbunga dan mewangi. Segala kebodohan dan kezholiman yang selama ini kulakukan mulai terhapus bersih. Hanya tinggal satu persoalan hidupku… Tempat tinggalku….
Teman2 seperjuangan ku berusaha mencari tempat tinggal terbaik untukku. Mereka yakin, lingkungan keluarga ayahku tidak akan memberiku kenyamanan tuk menjalin tunas cinta ku pada Tuhan. Apalagi pengalaman Ramadhan tahun lalu menjadi perjuanganku yang sangat berat ku rasakan. Ku lalui Ramadhan suci dengan kesendirian dan menikmati ibadah Ramadhan hanya sebatas kewajiban dan beban. Ya Allah Ampuni hambaMu, Pertemukan aku dengan Ramadhan Mu lagi tuk melepas kerinduan ini.
Alhamdulillah ya Allah,…, Perjuangan ini membuahkan hasil. Dina, salah satu temanku bersedia menerimaku tinggal di rumah neneknya secara gratis, tetapi dengan satu syarat, aku harus mengenakan jilbab .
“Kenapa harus pake jilbab??” tanyaku pada Dina. “Alya, Allah telah mencintaimu dengan memberimu ujian ini.. dan sekarang kamu udah berhasil melewatinya.. Tapi alangkah indahnya kalau kita menyempurnakan cinta kita dengan mengikti perintahnya untuk memakai jilbab. Bagaimana Alya??” . Sebenarnya aku sangat senang sekaligus terkejut. Senang karena dapat keluar dari rumah paman, dan terkejut karena harus mengenakan jilbab. Meskipun memakai jilbab adalah sesuatu yang baru dalam hidupku dan sudah cukup lama aku menginginkannya, tapi hati ini masih belum siap.
***
Merdunya nyanyian malam semakin menambah kekhusyukkan hamba-hamba Nya menabur benih-benih cinta pada Sang Pemilik Cinta. Lafaz cinta ku semakin kuat karena kegelisahan hati yang merindukan keindahan dan kesejukkan jilbab. tapi rasionalku yang telah tertutup dunia memberikan hijab bagi kelembutan sentuhan jilbab di kepalaku.. Ya Allah beriaknlah aku kekuatan untuk memasukicintamu secara kaffah..
Merdunya malam kini mulai membelai ku lembut ..seolah mengajak mata ini kembali terlelap.. rasa kantuk ini tiba-tiba saja mengecup mesra di mataku…
tiba-tiba…
Ibu.. anita di hadapanku ini benar-benar ibu ku…
Ya Allah, beliau.. beliau mengenakan …jilbab..
***
Tersentak aku terbangun dari mimpiku..
Ya Allah apakah ini pertanda dariMu..
Inikah wujud cintaMu pada hambaMu yang hina ini??
Ya Allah, jilbab adalah perintahMu..
dan Engkau telah memanggilku dengan lembut..
maka Bismillah.. Aku berjanji dalam hidupku..
Demi cintaku padaMu ya Allah.. Mulai saat ini aku akan menutup auratku
…………
Kan Ku buktikan pada semuanya bahwa aku adalah seorang muslimah..
hingga ruh ini tersenyum meninggalkan jasad ini...
.......................................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar